Mengapa Lebih Baik Ditolak ketimbang Dibanned AdSense?
ANEKA CARA BLOG - Mungkin judul di atas terdengar agak aneh bagi sebagian orang. Tapi itulah faktanya. Sebagian orang bersusah payah mendaftar menjadi penayang iklan (publisher) AdSense namun melulu ditolak. Sedangkan sebagian yang lain begitu mudah mendaftar dan diterima. Di lain sisi, banyak yang sukses menjadi publisher, namun tak sedikit pula yang akhirnya gugur di tengah jalan. Ada banyak sebab mengapa seseorang sukses menjadi publisher, begitu pula sebaliknya. Harus dimaklumi bahwa sebenarnya menjadi publisher AdSense bukanlah sebuah pekerjaan gampang. Butuh kerja keras, trik, teknik, produktivitas sekaligus kreativitas mumpuni. Jika tidak, lebih baik mencari pekerjaan yang lebih nyata. Diakui atau tidak, untuk mendapatkan $100 saja butuh waktu berbulan-bulan—itu pun jika lancar, kalau tidak, apalagi kalau akhirnya dinonaktifkan secara permanen? Tentu butuh waktu lebih lama lagi serta mengulang dari awal pekerjaan yang sama jika kukuh ingin menjadi publisher AdSense. Kalau Anda masih hidup sendiri, mungkin tidak terlalu masalah, tapi jika sudah berumah tangga tentu kasihan anak, suami/istri di rumah. Memang tak sedikit yang sukses bahkan tiap bulan rutin dapat gaji tambahan dari AdSense. Sekali lagi, inilah fakta serta lika-liku menjadi publisher yang mencoba mengumpulkan uang tambahan dari jagat maya.
Mengapa kami berpendapat lebih baik ditolak daripada diterima? Jika Anda terus ditolak, masih ada semangat untuk terus belajar sampai benar-benar berhasil. Bisa jadi, semakin sering ditolak, Anda bisa belajar sampai tuntas bagaimana seharusnya menjadi publisher yang sukses. Seandainya Anda diberi kemudahan serta kelancaran diterima menjadi publisher AdSense, sedangkan sampai saat itu Anda masih minim pengetahun serta pengalaman hingga di titik tertentu melakukan pelanggaran berat yang berujung pada banned, bukankah hal itu hanya akan sia-sia belaka?
Sebagian publisher kadang melakukan cara-cara tak etis hanya karena ingin meningkatkan pendapatan sekaligus memperoleh lalu lintas pengunjung yang banyak di blognya. Secara logis, semakin banyak pengunjung tentu semakin banyak pula iklan yang tayang. Nah, dari sekian banyak iklan yang tayang itulah akhirnya berdampak pada jumlah penghasilan. Semakin banyak penghasilan tentu semakin cepat menerima gaji.
Persaingan ini pun akhirnya memengaruhi cara berpikir serta perilaku tak sehat. Faktanya, banyak yang berlomba-lomba menyuguhkan konten atau artikel menarik, namun sebagian melakukan kecurangan di dalamnya. Bahkan ada pula yang berlaku jahat dengan mengambil isi naskah orang lain tanpa izin alias plagiarisme—hanya mengubah judul dan sedikit mengubah beberapa paragraf isinya, padahal secara substansi tetap sama. Sayangnya, tinjauan AdSense masih sebatas konten dan kebijakan atas pelanggaran fisik, sedangkan pelanggaran secara esensi masih belum tersaring dengan baik. Jika tidak ada laporan maka tidak akan ada tindakan apa pun dari AdSense. Penonaktifan akun hanya diberlakukan ketika terjadi aktivitas tidak sah, klik iklan sendiri, atau terkait pelanggaran penempatan iklan. Belum lagi kasus-kasus lain yang seolah terabaikan. Hal ini masih dimaklumi karena AdSense bukan media cetak sehingga titik perhatian bukan masalah isi tulisan melainkan pada aktivitas sebuah situs. Beda halnya kalau AdSense merupakan media cetak yang memiliki editor atau tim kurator, sudah pasti akan lebih banyak pendaftar yang ditolak, karena dari ribuan blog rata-rata isinya sama—hanya beda redaksi saja.
Faktanya, kadang publisher jujur pun harus terkena dampak banned hanya karena indikasi melakukan aktivitas tidak valid, padahal yang melakukan adalah pihak lain. Di dunia publisher AdSense jauh lebih kejam daripada kerja lapangan. Satu sama lain saling berupaya menjatuhkan. Namun apa daya seorang publisher jika AdSense sendiri telah menetapkan bahwa tanggung jawab akun sepenuhnya ada di tangan publisher, atau intinya jika terjadi pelanggaran maka publisher yang menanggung risiko. Mau tak mau, publisher harus bekerja keras memantau aktivitas akunnya jika tak ingin terkena dampak buruk.
Jadi, sebelum benar-benar diterima menjadi seorang publisher AdSense, jauh lebih baik matangkan mental serta perluas pengetahuan lebih dulu daripada diberi kemudahan diterima tapi secepat itu pula dinonaktifkan secara permenen.
Semua publisher pasti berharap usaha yang dilakukan berhasil, tapi siapa yang tahu kenyataan satu atau dua menit ke depan? Bahkan sudah berusaha hati-hati, kadang ada pihak lain yang iri lantas berbuat jahat dengan melakukan aktivitas tidak valid di blog yang sudah dipasang iklan AdSense.
Kalau sudah dilarang ikut berpastisipasi, apa yang bisa diperbuat? Melakukan banding? Ya, itu bisa dilakukan tapi kemungkinan diterima kembali sangat kecil. Mengulang dari awal. Ya, itu juga bisa dilakukan asal pendaftaran kedua dan selanjutnya diterima, kalau tidak? Memang tidak boleh putus asa, tapi ada pilihan lain selain hanya mengandalkan penghasilan dari publisher AdSense. Lebih mengecewakan lagi adalah ketika sudah menerima PIN untuk mencairkan penghasilan tiba-tiba esok hari akun dinonaktifkan dengan alasan aktivitas tidak sah. Kasus semacam ini tidak hanya menimpa satu atau dua orang saja, nyaris hal ini terjadi tiap hari pada para publisher. Ya, diakui secara jujur atau tidak, bayang-bayang banned ini pasti menghantui semua publisher AdSense.
Berbahagialah bagi Anda yang sampai detik ini belum berhasil diterima, karena setelah diterima, fakta yang ada jauh lebih mengerikan. Anda harus berusaha keras untuk meningkatkan lalu lintas pengunjung. Anda dituntut untuk bisa menempati halaman pertama di mesin pencarian agar bisa mendapat lalu lintas tinggi. Menempati posisi teratas di mesin pencarian saja belum menjamin kalau lalu lintas pengunjung lebih baik serta lebih tinggi. Lagi-lagi, jika lalu lintas blog kecil jangan berharap bisa mendapat penghasilan secara cepat. Faktanya, untuk mendapatkan penghasilan Rp.1.300.000,- (satu juta tiga ratus) saja butuh kerja keras dan waktu cukup lama. Masih untung AdSense untuk blog tidak menerapkan persyaratan harus memperoleh 3.000 pengunjung tiap hari. Selama konten blog memenuhi persyaratan besar kemungkinan akan diterima—kecuali untuk YouTube yang memang harus 10.000/20.000 pengikut untuk bisa diterima sebagai publisher. Beda dengan situs penyedia publisher lain yang mengharuskan 3.000 pengunjung per hari.
Bagi Anda yang belum diterima, lebih baik buatlah produk tertentu, jual secara online dan pasang di website. Dari aktivitas jual beli itu jauh lebih nyata mendatangkan penghasilan. Nah, jika situs jual beli Anda sudah banyak pengunjung, barulah memasang iklan AdSense untuk menambah penghasilan. Kalaupun tidak berhasil menjadi publisher AdSense, masih ada pendapatan alternatif dari usaha Anda.
Mengapa kami berpendapat lebih baik ditolak daripada diterima? Jika Anda terus ditolak, masih ada semangat untuk terus belajar sampai benar-benar berhasil. Bisa jadi, semakin sering ditolak, Anda bisa belajar sampai tuntas bagaimana seharusnya menjadi publisher yang sukses. Seandainya Anda diberi kemudahan serta kelancaran diterima menjadi publisher AdSense, sedangkan sampai saat itu Anda masih minim pengetahun serta pengalaman hingga di titik tertentu melakukan pelanggaran berat yang berujung pada banned, bukankah hal itu hanya akan sia-sia belaka?
Sebagian publisher kadang melakukan cara-cara tak etis hanya karena ingin meningkatkan pendapatan sekaligus memperoleh lalu lintas pengunjung yang banyak di blognya. Secara logis, semakin banyak pengunjung tentu semakin banyak pula iklan yang tayang. Nah, dari sekian banyak iklan yang tayang itulah akhirnya berdampak pada jumlah penghasilan. Semakin banyak penghasilan tentu semakin cepat menerima gaji.
Persaingan ini pun akhirnya memengaruhi cara berpikir serta perilaku tak sehat. Faktanya, banyak yang berlomba-lomba menyuguhkan konten atau artikel menarik, namun sebagian melakukan kecurangan di dalamnya. Bahkan ada pula yang berlaku jahat dengan mengambil isi naskah orang lain tanpa izin alias plagiarisme—hanya mengubah judul dan sedikit mengubah beberapa paragraf isinya, padahal secara substansi tetap sama. Sayangnya, tinjauan AdSense masih sebatas konten dan kebijakan atas pelanggaran fisik, sedangkan pelanggaran secara esensi masih belum tersaring dengan baik. Jika tidak ada laporan maka tidak akan ada tindakan apa pun dari AdSense. Penonaktifan akun hanya diberlakukan ketika terjadi aktivitas tidak sah, klik iklan sendiri, atau terkait pelanggaran penempatan iklan. Belum lagi kasus-kasus lain yang seolah terabaikan. Hal ini masih dimaklumi karena AdSense bukan media cetak sehingga titik perhatian bukan masalah isi tulisan melainkan pada aktivitas sebuah situs. Beda halnya kalau AdSense merupakan media cetak yang memiliki editor atau tim kurator, sudah pasti akan lebih banyak pendaftar yang ditolak, karena dari ribuan blog rata-rata isinya sama—hanya beda redaksi saja.
Faktanya, kadang publisher jujur pun harus terkena dampak banned hanya karena indikasi melakukan aktivitas tidak valid, padahal yang melakukan adalah pihak lain. Di dunia publisher AdSense jauh lebih kejam daripada kerja lapangan. Satu sama lain saling berupaya menjatuhkan. Namun apa daya seorang publisher jika AdSense sendiri telah menetapkan bahwa tanggung jawab akun sepenuhnya ada di tangan publisher, atau intinya jika terjadi pelanggaran maka publisher yang menanggung risiko. Mau tak mau, publisher harus bekerja keras memantau aktivitas akunnya jika tak ingin terkena dampak buruk.
Jadi, sebelum benar-benar diterima menjadi seorang publisher AdSense, jauh lebih baik matangkan mental serta perluas pengetahuan lebih dulu daripada diberi kemudahan diterima tapi secepat itu pula dinonaktifkan secara permenen.
Semua publisher pasti berharap usaha yang dilakukan berhasil, tapi siapa yang tahu kenyataan satu atau dua menit ke depan? Bahkan sudah berusaha hati-hati, kadang ada pihak lain yang iri lantas berbuat jahat dengan melakukan aktivitas tidak valid di blog yang sudah dipasang iklan AdSense.
Kalau sudah dilarang ikut berpastisipasi, apa yang bisa diperbuat? Melakukan banding? Ya, itu bisa dilakukan tapi kemungkinan diterima kembali sangat kecil. Mengulang dari awal. Ya, itu juga bisa dilakukan asal pendaftaran kedua dan selanjutnya diterima, kalau tidak? Memang tidak boleh putus asa, tapi ada pilihan lain selain hanya mengandalkan penghasilan dari publisher AdSense. Lebih mengecewakan lagi adalah ketika sudah menerima PIN untuk mencairkan penghasilan tiba-tiba esok hari akun dinonaktifkan dengan alasan aktivitas tidak sah. Kasus semacam ini tidak hanya menimpa satu atau dua orang saja, nyaris hal ini terjadi tiap hari pada para publisher. Ya, diakui secara jujur atau tidak, bayang-bayang banned ini pasti menghantui semua publisher AdSense.
Berbahagialah bagi Anda yang sampai detik ini belum berhasil diterima, karena setelah diterima, fakta yang ada jauh lebih mengerikan. Anda harus berusaha keras untuk meningkatkan lalu lintas pengunjung. Anda dituntut untuk bisa menempati halaman pertama di mesin pencarian agar bisa mendapat lalu lintas tinggi. Menempati posisi teratas di mesin pencarian saja belum menjamin kalau lalu lintas pengunjung lebih baik serta lebih tinggi. Lagi-lagi, jika lalu lintas blog kecil jangan berharap bisa mendapat penghasilan secara cepat. Faktanya, untuk mendapatkan penghasilan Rp.1.300.000,- (satu juta tiga ratus) saja butuh kerja keras dan waktu cukup lama. Masih untung AdSense untuk blog tidak menerapkan persyaratan harus memperoleh 3.000 pengunjung tiap hari. Selama konten blog memenuhi persyaratan besar kemungkinan akan diterima—kecuali untuk YouTube yang memang harus 10.000/20.000 pengikut untuk bisa diterima sebagai publisher. Beda dengan situs penyedia publisher lain yang mengharuskan 3.000 pengunjung per hari.
Bagi Anda yang belum diterima, lebih baik buatlah produk tertentu, jual secara online dan pasang di website. Dari aktivitas jual beli itu jauh lebih nyata mendatangkan penghasilan. Nah, jika situs jual beli Anda sudah banyak pengunjung, barulah memasang iklan AdSense untuk menambah penghasilan. Kalaupun tidak berhasil menjadi publisher AdSense, masih ada pendapatan alternatif dari usaha Anda.
Tags: ADSENSE